KISAH SEKS YANG TAK TERLUPAKAN
Perkenalkan, namaku
Aditya (nama samaran) seorang pemuda Chinese dengan tinggi badan 170 dan berat
60 dan postur tubuh yang cukup atletis karena aku rajin fitness. Kali ini aku
mencoba menceritakan pengalaman pertamaku bersama pacarku Jenny (juga nama samaran)
yang kini menjadi telah menjadi istriku dan begitu mengesankan bagiku.
*****
Cerita bermula saat aku
dan pacarku pergi berlibur berdua saja ke kota wisata P, Kota sekitar Danau
T-Sumatera Utara, siangnya sehabis pulang kerja, kamipun berangkat ikut dengan
rombongan salah satu travel di kotaku M, tidak banyak yang terjadi di
perjalanan selain hanya kami terlelap di tempat duduk kami masing-masing,
sedangkan Jenny terlelap dengan kepala bersandar dibahaku.
Sekitar 3 jam perjalanan
kami pun sampai ke kota P, dan langsung menuju salah satu hotel disana untuk
check-in, setelah kami check-in disalah satu kamar hotel, akupun langsung
menghempaskan tubuhku berbaring di tempat tidur yang empuk tersebut. Sedangkan
Jenny masih sibuk membenahi barang barang yang kami bawa (biasalah kalo lagi
berlibur, paling ya.. pakaian semua). Melihat dia sibuk berbenah timbul
keisenganku untuk menggodanya dari belakang, akupun kemudian bangun dari tempat
tidur dan berjalan perlahan kearahnya yang kemudian kupeluk dia dari belakang.
“Lagi sibuk ya
sayang..?” sekedar basa basi sambil memeluknya.
“Aduh.. udah dong say.. jangan begini dulu, bukannya ngebantu malah nambah beban dibelakang aja.” ketusnya.
“Nggak pa pa kan, yang pentingkan kamu enakan juga” jawabku sekenanya aja sambil mulai menggerayangi pantatnya yang padat itu. (postur tubuh pacarku ini juga ideal, tinggi 165, berat 50, bra 34A, kulit putih bersih bagai susu)
“Ye.. maunya tuh..” jawabnya sambil menepis tanganku yang sedang berada di pantatnya.
Sebelumnya perlu diinformasikan kalau kami sudah sering bercinta, tapi hanya sampai sebatas peting saja.
“Ya udah deh, kalo nggak mau..” jawabku pura-pura surut, sambil kembali duduk di atas tempat tidur.
“Aduh.. udah dong say.. jangan begini dulu, bukannya ngebantu malah nambah beban dibelakang aja.” ketusnya.
“Nggak pa pa kan, yang pentingkan kamu enakan juga” jawabku sekenanya aja sambil mulai menggerayangi pantatnya yang padat itu. (postur tubuh pacarku ini juga ideal, tinggi 165, berat 50, bra 34A, kulit putih bersih bagai susu)
“Ye.. maunya tuh..” jawabnya sambil menepis tanganku yang sedang berada di pantatnya.
Sebelumnya perlu diinformasikan kalau kami sudah sering bercinta, tapi hanya sampai sebatas peting saja.
“Ya udah deh, kalo nggak mau..” jawabku pura-pura surut, sambil kembali duduk di atas tempat tidur.
Aku kemudian mengambil
minuman yang terdapat di mini bar kamar dan langsung menuangkannya kedalam
gelas, selesai berbenah Jenny kemudian duduk di sampingku.
“Sini minumnya! Aku juga haus nih..” katanya sambil meraih gelas di tanganku.
“Eh..eh..eh.. tunggu dulu, kalau ambil sendiri sana, atau minum langsung dari mulutku ini” ledekku sambil memuncungkan bibirku ke arah bibirnya..
“Ih.. kok nggak sabaran sih dari tadi” sambil kembali berusaha merebut gelas di tanganku. akhirnya gelas itupun tumpah dan mengenai bajunya.
“Nah kan.. tumpah akhirnya, sini biar aku yang ngebersihin bajumu..” kataku sambil meraih baju kaos putihnya.
Dia kemudian menatapku tajam setengah marah karena bajunya telah kotor terkena tumpahan minuman tadi.
“Sini minumnya! Aku juga haus nih..” katanya sambil meraih gelas di tanganku.
“Eh..eh..eh.. tunggu dulu, kalau ambil sendiri sana, atau minum langsung dari mulutku ini” ledekku sambil memuncungkan bibirku ke arah bibirnya..
“Ih.. kok nggak sabaran sih dari tadi” sambil kembali berusaha merebut gelas di tanganku. akhirnya gelas itupun tumpah dan mengenai bajunya.
“Nah kan.. tumpah akhirnya, sini biar aku yang ngebersihin bajumu..” kataku sambil meraih baju kaos putihnya.
Dia kemudian menatapku tajam setengah marah karena bajunya telah kotor terkena tumpahan minuman tadi.
“Jenn, sebenarnya Aku
sangat memimpikan kesempatan seperti ini, hanya berdua dengan kamu di kamar
sebuah hotel” aku mulai mencairkan suasana saling berebutan dari tadi.
“Kamu cantik Jenn, bahagia sekali aku memilikimu, walaupun kita hanya dapat berdua jika pas ayah dan ibuku beserta adik-adikku lagi nggak dirumah” kataku sambil memeluk erat tubuhnya.
“Akupun begitu Dit, sudah lama kita tidak berdua seperti ini”
“Iya, akhir-akhir ini rumah selalu ramai”
“Akupun sudah rindu sekali ingin bercinta denganmu..” kataku sambil menggenggam kedua tangannya.
“Sekarang kamu rilex ya, sayang!” Jenny memejamkan matanya saat aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.
“Kamu cantik Jenn, bahagia sekali aku memilikimu, walaupun kita hanya dapat berdua jika pas ayah dan ibuku beserta adik-adikku lagi nggak dirumah” kataku sambil memeluk erat tubuhnya.
“Akupun begitu Dit, sudah lama kita tidak berdua seperti ini”
“Iya, akhir-akhir ini rumah selalu ramai”
“Akupun sudah rindu sekali ingin bercinta denganmu..” kataku sambil menggenggam kedua tangannya.
“Sekarang kamu rilex ya, sayang!” Jenny memejamkan matanya saat aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.
Dengan lembut kukecup
keningnya, kurasakan remasan halus menggenggam tanganku yang masih memegang
tangannya, lalu bibirku mulai berjalan mencium alis, matanya yang terpejam, dan
kedua pipinya danterakhir berhenti di kedua belahan bibir mungil gadisku yang
cantik ini. Jenny membalas kulumanku pada bibirnya dengan pagutan yang hangat
pula lalu aku mulai membuka bibirku dan mengeluarkan lidahku mencari lidah yang
lain diseberang sana. Tanganku mulai merayap menggerayangi tubuhnya, perlahan
menyusup ke balik kaos ketat putih yang melekat ditubuhnya, kini kurasakan
halusnya kulit gadisku ini. Ketika tanganku mulai memasuki daerah dada untuk
segera merasakan lembutnya daging kenyal yang menonjol, mendadak kedua tangan
Anna menahan kedua tanganku.
“Kenapa.. sayang..?”
terpaksa aku menghentikan sejenak aksiku dan kutatap wajah sayu di hadapanku
dengan tajam.
“Pintunya udah dikunci belum Dit..” tanyanya mengingatkan aku kalau pintu kamar belum dikunci, akupun kemudian bergegas pergi mengunci pintu kamar sambil tak lupa meletakkan gantungan yang bertuliskan “DO NOT DISTURB” di pegangan depan pintu kamar.
“Buka ya, sayang!” Jenny mengangguk pelan, lalu dengan sangat hati-hati kutarik ujung T-shirt yang melekat di tubuh Jenny dan meloloskannya melalui kedua tangannya. Kulempar t-shirt itu kelantai, kini dihadapanku terpampang tubuh padat yang setengah telanjang dengan dada berisi dan terlindungi BH warna hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Sejenak kutatap gumpalan daging yang masih tertutup BH itu, perlahan kurebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kembali kucumbu pacarku ini yang sedang terlentang pasrah, kukulum lagi bibir mungil itu lalu perlahan merayap menuju leher, telinga, daerah dibelakang telinga, dan terus kebawah menuju gumpalan payudara yang berisi itu. Kujulurkan lidahku mengitari bukit itu sambil tanganku merayap menuju punggung tempat dimana kaitan BH itu direkatkan, kutarik pelan BH itu dari tubuh Anna dan kulemparkan ke lantai.
“Pintunya udah dikunci belum Dit..” tanyanya mengingatkan aku kalau pintu kamar belum dikunci, akupun kemudian bergegas pergi mengunci pintu kamar sambil tak lupa meletakkan gantungan yang bertuliskan “DO NOT DISTURB” di pegangan depan pintu kamar.
“Buka ya, sayang!” Jenny mengangguk pelan, lalu dengan sangat hati-hati kutarik ujung T-shirt yang melekat di tubuh Jenny dan meloloskannya melalui kedua tangannya. Kulempar t-shirt itu kelantai, kini dihadapanku terpampang tubuh padat yang setengah telanjang dengan dada berisi dan terlindungi BH warna hitam yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang putih. Sejenak kutatap gumpalan daging yang masih tertutup BH itu, perlahan kurebahkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Kembali kucumbu pacarku ini yang sedang terlentang pasrah, kukulum lagi bibir mungil itu lalu perlahan merayap menuju leher, telinga, daerah dibelakang telinga, dan terus kebawah menuju gumpalan payudara yang berisi itu. Kujulurkan lidahku mengitari bukit itu sambil tanganku merayap menuju punggung tempat dimana kaitan BH itu direkatkan, kutarik pelan BH itu dari tubuh Anna dan kulemparkan ke lantai.
“Akh..!” Dia mendesah perlahan
saat BHnya terlepas dari tubuhnya dan berusaha menutup kedua bukit indahnya
dengan kedua tangannya sambil tersenyum menggodaku,
“Jangan sayang, Aku ingin melihat keindahan bukit ini..”
Segera saja tanganku menahan kedua tangannya dan kubawa keatas kepalanya sambil kusapukan lidahku yang basah kearah ketiaknya yang bersih dengan aroma yang menggugah hasrat kelelakianku.
“Akh.. Eemhh.” Jenny merintih kecil sambil terpejam, tanganku merayap lagi menuju dada yang kini terbuka, sentuhan melingkar menambah sensasi lain pada diri pacarku dan akhirnya mulutku pun mendarat di belahan dada Pacarku ini.
“Oohh.. Dit..” desahnya perlahan, saat aku mulai mengusapkan lidahku di payudaranya, sengaja aku tidak langsung ke putingnya yang kemerahan itu, desahan demi desahan mengiringi sapuan lidahku di kedua payudara yang masih kencang ini, payudara indah yang hanya mendapat sentuhan dariku. Puting yang merah seakan tenggelam dan belum dapat muncul kepermukaan, akhirnya kuhisap puting itu dengan penuh perasaan cinta agar Jenny dapat menikmati setiap sentuhanku.
“Jangan sayang, Aku ingin melihat keindahan bukit ini..”
Segera saja tanganku menahan kedua tangannya dan kubawa keatas kepalanya sambil kusapukan lidahku yang basah kearah ketiaknya yang bersih dengan aroma yang menggugah hasrat kelelakianku.
“Akh.. Eemhh.” Jenny merintih kecil sambil terpejam, tanganku merayap lagi menuju dada yang kini terbuka, sentuhan melingkar menambah sensasi lain pada diri pacarku dan akhirnya mulutku pun mendarat di belahan dada Pacarku ini.
“Oohh.. Dit..” desahnya perlahan, saat aku mulai mengusapkan lidahku di payudaranya, sengaja aku tidak langsung ke putingnya yang kemerahan itu, desahan demi desahan mengiringi sapuan lidahku di kedua payudara yang masih kencang ini, payudara indah yang hanya mendapat sentuhan dariku. Puting yang merah seakan tenggelam dan belum dapat muncul kepermukaan, akhirnya kuhisap puting itu dengan penuh perasaan cinta agar Jenny dapat menikmati setiap sentuhanku.
Sambil terus mengulum
payudara itu dengan cekatan aku menanggalkan pakaianku tanpa Jenny sadari, kini
hanya celana dalam saja yang melekat ditubuhku melindungi senjataku yang sudah
menegang dari tadi. Sekarang mulutku berada di atas pusar yang dihiasi sebuah
tato kupu-kupu membuatnya semakin indah, kujilat dan terus merayap sambil
tanganku mulai menarik rok yang di kenakannya. Jenny membantunya dengan
mengangkat pantatnya dan memudahkan aku melepaskan penutup bagian bawah
tubuhnya itu, kini aku dapat menikmati paha mulus yang dihiasi bulu-bulu halus
yang menantang untuk segera disentuh.
“Kamu nikmatin aja ya
sayang!” kubelai pipi pacarku ini lalu kucium keningnya, Jenny menerimaku lagi
dengan pagutan yang lebih membara saat mendaratkan ciumanku di atas bibirnya.
Sambil terus kujelajahi
dengan bibir dan lidahku perlahan aku mulai kembali menarik celana dalam itu,
kali ini diapun mengangkat pantatnya dan terlepaslah kain terkahir yang melekat
ditubuhnya. Gundukan bukit kecil dengan bulu-bulu halus yang tertata rapi
menandakan pacarku ini sangat memperhatikan daerah paling pribadinya ini, bibir
vagina yang memerah dengan sebuah daging kecil tersembul di atasnya kini
terpampang begitu dekat dihadapanku. Kutangkap tangannya yang berusaha menutupi
benda indah itu, lalu kusentuh dengan sangat pelan dan penuh kelembutan. Jenny
mulai menikmati permainan ini, tubuhnya meliuk-liuk mengeliat seperti ulat
menerima aksi dariku.
Dengan pelan kubuka
kedua pahanya dengan tanganku lalu kutempatkan wajahku mengisi selangkangan
itu, vagina itu begitu dekat dengan bibirku.
“Oohh..” dia mendesis tangannya meremas rambutku yang berada diselangkangannya, ia begitu menikmati sapuan lidahku yang mengisi ruang kosong di antara kedua pahanya. Aroma vagina yang sangat kukenal ini membuatku semakin bernafsu ingin memberikan yang terbaik bagi gadisku ini. Bulu-bulu halus disekitar bukit vagina menggelitik hidung dan bibirku, kucari dan kutemukan daging kecil pusat segala kenikmatan bagi dia. Vagina itu begitu mungil dan indah dengan cairan hangat yang mulai keluar dari dalam rahimnya dan bercampur dengan air liurku. Jenny mendesah dan menggeliat merasakan sesuatu yang luar biasa yang rasakan dari sentuhan lidahku pada vaginanya.
“Oohh..” dia mendesis tangannya meremas rambutku yang berada diselangkangannya, ia begitu menikmati sapuan lidahku yang mengisi ruang kosong di antara kedua pahanya. Aroma vagina yang sangat kukenal ini membuatku semakin bernafsu ingin memberikan yang terbaik bagi gadisku ini. Bulu-bulu halus disekitar bukit vagina menggelitik hidung dan bibirku, kucari dan kutemukan daging kecil pusat segala kenikmatan bagi dia. Vagina itu begitu mungil dan indah dengan cairan hangat yang mulai keluar dari dalam rahimnya dan bercampur dengan air liurku. Jenny mendesah dan menggeliat merasakan sesuatu yang luar biasa yang rasakan dari sentuhan lidahku pada vaginanya.
“Hoh.. Hoh..Dit.. Aku nggak
tahan.. neh udah dong..!” mulutnya terus meracau. Tiba-tiba saja dia
mencengkram erat rambutku dan membenamkan kepalaku lebih dalam ke
selangkangannya, pantatnya mendongak keatas dan tubuhnya menegang. Sesaat
kemudian kurasakan cairan hangat kembali keluar dari vaginanya dan kali ini
lebih banyak dari sebelumnya.
“Akhh.. eehhmm..” aku
tahu dia telah mencapai orgamenya yang pertama, dan aku terus saja menekan
klitoris itu dengan lidahku, kulumat setiap tetesan cairan hangat yang keluar
dari liang vagina itu. Cengkeramannya melemah dan akhirnya dia terkulai lemas
dengan nafas yang memburu, kulihat dada yang turun naik mengatur nafas dengan
terengah. Kudekap erat tubuhnya dan kembali kukecup kening gadisku ini,
“Hh.. makasih ya Dit.. tadi nikmat sekali..”
“Hh.. makasih ya Dit.. tadi nikmat sekali..”
Beberapa saat lamanya
kudekap tubuh polos itu sambil terus tanganku memainkan puting susu yang mulai
menegang kembali, senjataku sangat tegang. Kalau saja aku tidak ingat
peringatannya supaya tetap virgin sampai malam pertama kali kelak mungkin
penisku sudah menyeruak masuk kedalam vagina sempit itu, tapi aku bersabar
karena pada saatnya nanti aku pasti mendapatkannya. Kubalikan tubuh Anna,
sekarang tubuhnya menindih dan tengkurap diatas tubuhku, ia masih begitu lemas
merasakan sisa kenikmatan yang baru saja ia alami. Ia tersenyum saat sesuatu
yang tegang mengganjal tepat diperutnya, digenggamnya dengan penuh nafsu.
“Dit.. sudah tegang
banget ini..” dia kemudian bergerak menaiki dadaku, kemudian menggesek gesekkan
kemaluannya di dadaku. SSetelah itu turun kembali dan bibir langsung melahap 2
titik kecil di dadaku.
“Mmhhmm.. enak say..” erangku
“Terus.. sshh.., gigit say..” erangku lagi.
Jenny terus saja melancarkan serangan di puting susuku. Tangan yang satunya perlahan bergerak ke arah celana dalamku sambil membelai penisku dari luar.
“Akh.. akh.. terus sayang..”
“Buat dia kokoh say.. berikan dia belaian kasihmu..”
“Enak Dit..?”
“Eemmhh..” Gumanku
“Mmhhmm.. enak say..” erangku
“Terus.. sshh.., gigit say..” erangku lagi.
Jenny terus saja melancarkan serangan di puting susuku. Tangan yang satunya perlahan bergerak ke arah celana dalamku sambil membelai penisku dari luar.
“Akh.. akh.. terus sayang..”
“Buat dia kokoh say.. berikan dia belaian kasihmu..”
“Enak Dit..?”
“Eemmhh..” Gumanku
Perlahan dia menurunkan
CD yang aku pakai, kemudian perlahan namun pasti dia mulai turun ke arah
penisku yang telah tegang. Lama ia memandangi sambil memegang penisku yang
semakin menegang itu, kemudian dengan perlahan mengalir lebih deras lagi saat
kurasakan isapan demi isapan begitu nikmatnya. Dia berusaha memasukan penisku
kedalam mulutnya tanpa canggung lagi sambil tangan yang satunya memainkan bola
yang ada dibawah penisku, tapi penis itu begitu panjang sehingga ia hanya bisa
mengulum setengahnya saja. Senjataku semakin tegang saja, tapi aku tak ingin
segera mengakhiri permainan ini, kutahan dengan sekuat tenaga agar orgasmeku
tidak datang terlalu dini.
“Yang.. digesekkan ya..
tapi jangan dimasukin..” Jenny menatap sayu mataku sambil melepaskan
kulumannya.
“Kalo gitu udah dulu deh say, bibir kamu udah pegelkan, kita istirahat dulu deh” akhirnya kutarik tubuh pacarku kembali sejajar terlentang dengan tubuhku.
“Kalo gitu udah dulu deh say, bibir kamu udah pegelkan, kita istirahat dulu deh” akhirnya kutarik tubuh pacarku kembali sejajar terlentang dengan tubuhku.
Perlahan kubuka kedua
pahanya lebar, tangan kananku merayap menuju vagina yang mulai terbuka,
kusentuh dan kucari lagi klitoris yang menyembul dalam liang itu. Tekanan
jariku dari arah depan dan dengan perlahan kubarengi dengan gesekan senjataku
yang menyentuh belahan bibir vagina yang telah basah itu. Desahan kecil kembali
terdengar dari mulutnya, aku tahu dia begitu menikmati permainan ini, sambil
tak henti tanganku memainkan gumpalan daging yang menonjol di dadanya.
Ntah kenapa saat itu
ingin sekali aku merasakan kelembutan himpitan kulit vagina pacarku ini, dan
meledakkan spermaku di dalamnya. Mungkin karena sudah sekian lama kami hanya
bermain di luar aja, dan ini merupakan kesempatan pertama kami melakukannya
tanpa ada gangguan takut ketahuan orang lain.
“Say.. gimana kalau kali
ini aku masukin ke dalam..? .. hh” aku berbisik sambil terus menggesekkan
penisku dibibir vaginanya.
“Ya.., nngg .. akkhh.. nggak tau deh..” agak ragu ia berkata
“Please..”
“Aku ingin menjaga kesucian ini sampai malam pertama kita Dit.”
“Lagian aku takut hamil, apa kata orang nanti.. mmhh.. akkhh..” katanya dengan tatapan sayu.
“Ya udah deh.. nggak usah kalo kamu nggak mau.” kataku menjawab, sambil terus menggesekkan penisku.
“Ya.., nngg .. akkhh.. nggak tau deh..” agak ragu ia berkata
“Please..”
“Aku ingin menjaga kesucian ini sampai malam pertama kita Dit.”
“Lagian aku takut hamil, apa kata orang nanti.. mmhh.. akkhh..” katanya dengan tatapan sayu.
“Ya udah deh.. nggak usah kalo kamu nggak mau.” kataku menjawab, sambil terus menggesekkan penisku.
“Akh. aduh.. Dit, enak
dit..” Jenny merintih
“Andai saja kita sudah menikah..” jawabku.
Aku terus menggesek, perlahan kulihat ntah karena naluri kewanitaannya dengan reflek ia semakin membuka lebar kedua pahanya. Kuposisikan kaki kananku diantara kedua kakinya, sehingga kini selangkangannya terbuka dengan lebar. Kembali kugesekan kepala penisku menyentuh belahan vagina basah itu, tapi kali ini ntah setan mana yang mendorongku, dengan sedikit dorongan yang mengarah keatas sehingga dengan perlahan kepala penis itu menyeruak memasuki belahan vaginanya yang memang licin. Akh.. enak sekali rupanya.. baru kali ini penisku masuk ke vaginanya walaupun masih sedikit. Sesaat ujung penisku berada dalam himpitan lubang yang basah itu, lalu kutarik dan kubenamkan lagi dengan pelan, aku ingin mempermainkan rasa nikmat pacarku ini dulu. Mendapat perlakuan seperti itu Jenny semakin mengejang kedua tangannya kini mencengkram erat seprei tempat tidur.
“Andai saja kita sudah menikah..” jawabku.
Aku terus menggesek, perlahan kulihat ntah karena naluri kewanitaannya dengan reflek ia semakin membuka lebar kedua pahanya. Kuposisikan kaki kananku diantara kedua kakinya, sehingga kini selangkangannya terbuka dengan lebar. Kembali kugesekan kepala penisku menyentuh belahan vagina basah itu, tapi kali ini ntah setan mana yang mendorongku, dengan sedikit dorongan yang mengarah keatas sehingga dengan perlahan kepala penis itu menyeruak memasuki belahan vaginanya yang memang licin. Akh.. enak sekali rupanya.. baru kali ini penisku masuk ke vaginanya walaupun masih sedikit. Sesaat ujung penisku berada dalam himpitan lubang yang basah itu, lalu kutarik dan kubenamkan lagi dengan pelan, aku ingin mempermainkan rasa nikmat pacarku ini dulu. Mendapat perlakuan seperti itu Jenny semakin mengejang kedua tangannya kini mencengkram erat seprei tempat tidur.
“Akkhh.. Dit..” lenguhan
panjang terdengar dan dia mencengkram semakin kuat, rupanya ia tak tahan dengan
perlakuanku yang memasukkan kepala penisku saja karena saat kudorongkan kembali
pantatku, dia menyambutnya dengan lebih menyodorkan pantatnya ke belakang
sehingga penisku amblas kedalam liang yang rapat itu. Berakhirlah pertahanan gadis
suci ini, kurasakan sesuatu yang kenyal menahan ujung penisku, ini rupanya
selaput darah seorang perawan pikirku. Lalu penis kudorong lagi menyeruak masuk
mengisi liang itu. Setelah saling diam beberapa saat akupun mulai beraksi
menyodok dan menarik penisku melalui vagina itu. Kocokan pelan dan berirama
terkadang semakin cepat dan cepat lagi, nikmat dan rapat sekali vagina yang
masih perawan ini kurasakan.
“Gimana sayang.. lebih
nikmat kan?” tanyaku. Dia menjawab perkataanku dengan desahan yang semakin memburu.
Karena tidak menjawab, akhirnya aku pura-pura bermaksud akan mencabut kembali
penisku yang sudah tenggelam di dalam vaginanya itu.
“Akh.. jangan Ditt..” dia menahan laju mundur pantatku dengan kedua kakinya, kemudian dia memeluk dan mencengkram punggungku, karena sudah mendapat lampu hijau non stop, dan lagi akupun sudah tidak sabaran karena rupanya begitu enak penis ini jika berada di dalam vagina seorang perempuan, maka aku memulai gerakan naik turunku. merasakan setiap sentakan dari pantatku, ia mulai paham dan ikut menggoyangkan pantatnya seirama dengan sodokan pinggangku. Wajahnya memerah dan bibirnnya yang seksi terbuka lebar, segera kulumat bibir terbuka itu dengan pagutan dan iapun membalasnya dengan penuh nafsu.
“Akh.. jangan Ditt..” dia menahan laju mundur pantatku dengan kedua kakinya, kemudian dia memeluk dan mencengkram punggungku, karena sudah mendapat lampu hijau non stop, dan lagi akupun sudah tidak sabaran karena rupanya begitu enak penis ini jika berada di dalam vagina seorang perempuan, maka aku memulai gerakan naik turunku. merasakan setiap sentakan dari pantatku, ia mulai paham dan ikut menggoyangkan pantatnya seirama dengan sodokan pinggangku. Wajahnya memerah dan bibirnnya yang seksi terbuka lebar, segera kulumat bibir terbuka itu dengan pagutan dan iapun membalasnya dengan penuh nafsu.
” Akh..Ditt.eehhmm..”
“Kenapa sayang.. nikmat kan..?”
“.. En.. enak..” kuangkat dadaku dan kutopang dengan kedua tanganku menambah tenaga untuk kembali menyodok vagina itu, kulihat ekpresi pacarku ini begitu cantik dengan mata terpejam dan bibir yang terkadang ia gigit kecil. Begitu terangsang aku dengan expresinya yang seperti ini.
“Kenapa sayang.. nikmat kan..?”
“.. En.. enak..” kuangkat dadaku dan kutopang dengan kedua tanganku menambah tenaga untuk kembali menyodok vagina itu, kulihat ekpresi pacarku ini begitu cantik dengan mata terpejam dan bibir yang terkadang ia gigit kecil. Begitu terangsang aku dengan expresinya yang seperti ini.
Gesekan demi gesekan
semakin terasa nikmat bagi kami berdua, sesaat kemudan kulihat wajahnya
memerah, dan mendongak keatas, kurasakan kakinya melingkar erat di kedua
pahaku, aku tahu ia akan segera mencapai klimaksnya yang kedua.
“..Tahan sayang.. sebentar lagi..”
“Aku.. aku nggak kuat Dit.. aku mau.. kelluar..”. kupercepat sodokan pantatku untuk segera mengimbangi orgasme yang dirasakannya. Kupeluk erat tubuhnya kurasakan semburan hangat membanjir di selangkanganku dan setelah itu akupun menyemburkan lahar panas yang kutahan dari tadi.
“Crot..crott..crett..” delapan kali kurasakan semburan maniku di vaginanya.
“Oohh..!” lengkingan panjang keluar dari mulut kami secara bersamaan, cairan hangat membasahi semua lubang vaginanya dan akhirnya tubuhku terjerembab diatas tubuhnya yang terkulai lemas.
“Terima kasih sayang.. nikmat sekali” hanya itu yang bisa terucap dari mulutku saat itu..
“..Tahan sayang.. sebentar lagi..”
“Aku.. aku nggak kuat Dit.. aku mau.. kelluar..”. kupercepat sodokan pantatku untuk segera mengimbangi orgasme yang dirasakannya. Kupeluk erat tubuhnya kurasakan semburan hangat membanjir di selangkanganku dan setelah itu akupun menyemburkan lahar panas yang kutahan dari tadi.
“Crot..crott..crett..” delapan kali kurasakan semburan maniku di vaginanya.
“Oohh..!” lengkingan panjang keluar dari mulut kami secara bersamaan, cairan hangat membasahi semua lubang vaginanya dan akhirnya tubuhku terjerembab diatas tubuhnya yang terkulai lemas.
“Terima kasih sayang.. nikmat sekali” hanya itu yang bisa terucap dari mulutku saat itu..
Lama kupeluk tubuh Jenny
sambil merasakan sisa kenikmatan yang baru saja kami alami,
“Maafkan aku ya.. sayang, aku nggak bisa nepatin janji dan menjaga kesucianmu sampai malam pertama kita” setengah merayu kubisikan kata-kata itu.
“Ya udahlah say, mau gimana lagi, aku juga salah.. yang membiarkanmu masuk..” sambil tersenyum simpul dan masih saling berpelukan akhirnya kami tertidur dalam kelelahan.
“Maafkan aku ya.. sayang, aku nggak bisa nepatin janji dan menjaga kesucianmu sampai malam pertama kita” setengah merayu kubisikan kata-kata itu.
“Ya udahlah say, mau gimana lagi, aku juga salah.. yang membiarkanmu masuk..” sambil tersenyum simpul dan masih saling berpelukan akhirnya kami tertidur dalam kelelahan.
Malamnya aku terbangun
dan kulihat tubuh polos Jenny tertidur begitu cantik tanpa busana sehelaipun,
cairan kental yang mulai mengering masih keluar perlahan melalui bibir
vaginanya bercampur dengan tetes darah yang mengering. Oh.. inilah darah
perawan pacarku yang telah kuambil kesuciannya.
“Maafkan aku sayang..” kukecup keningnya dan kutinggalkan tempat tidur untuk membersihkan sisa lendir yang melekat diselangkanganku. Baru saja aku hendak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tiba-tiba Jenny bangun dan menyusulku sambil memeluk tubuhku.
“Jahat ya.. habis ngerasakan mau ninggalin aku sendiri..”
“Nggak pa pa sayang.. aku nggak kemana-mana kok” kembali kupeluk tubuhnya dan kami mandi bersama. Dan didalam kamar mandipun akhirnya kami mengulanginya.
“Maafkan aku sayang..” kukecup keningnya dan kutinggalkan tempat tidur untuk membersihkan sisa lendir yang melekat diselangkanganku. Baru saja aku hendak masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tiba-tiba Jenny bangun dan menyusulku sambil memeluk tubuhku.
“Jahat ya.. habis ngerasakan mau ninggalin aku sendiri..”
“Nggak pa pa sayang.. aku nggak kemana-mana kok” kembali kupeluk tubuhnya dan kami mandi bersama. Dan didalam kamar mandipun akhirnya kami mengulanginya.
Selesai mandi kamipun
keluar untuk makan malam setelah itu kami mengulanginya lagi, kali ini kami
benar-benar menumpahkan segalanya. Berbagai posisi kami coba, segala apa yang
pernah kami lihat di film BF kami coba praktekkan malam itu. Seakan tak pernah
puas kami bercinta.